
sebuah terobosan meramaikan khazanah trend produk rumah tangga.
Salah satu perancang asal kota pelajar Yogyakarta Ninik Darmawan, senantiasa melahirkan inspirasi dari bahan alam dan ramah lingkungan seperti paduan lurik. Ditangannya lurik bukan sekedar jarit gendong mbok jamu atau sorjan pakde kusir delman, tapi menarik dalam bentuk baju pengantin, pesta hingga busana kerja maupun busana harian untuk nampang di berbagai tempat. Kelasnya-pun naik derajat dari mbok jamu menjadi busana konsumsi kaum selebriti hingga eksekutif.
Lain lagi dalam Desain Lina Berlina, lurik bahkan merasuk menembus tembok Berlin. Ragam kebaya yang diperagakan tubuh molek peragawati Berlin di atas catwalk membuat lurik tidak lagi sekedar kain gendongan semata tapi memiliki nilai lebih bagi konsumen mancanegara. Ironisnya, produksi lurik tidak semenawan tampilannya di tangan para desainer. Pusat produksi lurik di Cawas Klaten, semakin hari semakin surut jumlah pengrajinnya. Nirgenerasi terus berkutat, sedikit sekali yang mau mengembangkannya. Akhirnya tinggal generasi tua yang mau bertahan mempertahankan lurik menjadi sebuah aset leluhur yang terjaga. Alasan nilai materi lurik yang sedikit dan tidak seimbang dengan lamanya proses pembuatan atau modal menjadi pembenaran staknya produksi lurik. Tapi dengan inovasi dan minat untuk melestarikan kain asli indonesia ini . Kini kain lurik ini justru makin diminati .
Sumber : metrotvnews.com/blog/dewisuspa/2010/04/06/lurik-kain-unik-yang-makin-dilirik/
0 komentar:
Post a Comment